sabato, settembre 25, 2004

Si Jutek!! [[ 6 ]]

Denis bangkit dan mendekati Mine. Bila saat itu di pelataran parkir Mine dapat menjerit histeris ketakutan setengah mati ketika didekati, maka Denis ingin saat ini Mine menjerit histeris pula .. barangkali dengan cara itu Denis dapat menguak tabir gelap yang disembunyikan gadis ini. Mine menggeser tubuhnya menjauhi Denis .. 'jangan dekati saya ..' .. bisik hati Mine berulang-ulang. Denis meraih pundak Mine dengan kedua tangannya. Dan apa yang diinginkan terjadi, Mine menjerit histeris, ketakutan dan berkeringat.

"Jangan sentuh saya!! Pergi pergi!! Jauhi saya .. pergi!! Saya ke sini hanya ingin minta maaf Den .. hanya itu! Maafkan saja saya dan saya janji akan pergi dari sini!!"
"Kalau saya masih ingin tetap menyentuh kamu seperti ini bagaimana?"

Denis menarik Mine kasar hingga tubuh gadis itu terjerembab ke dalam pelukannya. Mine semakin histeris saat Denis malah menggendongnya dan membawanya masuk ke kamar. Mine menjerit sejadinya dengan air mata berurai, tangannya memukul apa saja dari diri Denis. Wajah Denis, pundak Denis, dada Denis .. semuanya. Mine meronta .. Mine nggak ingin diperlakukan secara nggak adil lagi. Mine trauma .. trauma masa kecil yang terus membayanginya. Denis menghempaskan Mine di kasur empuknya dan mengunci pintu kamarnya segera.

"Keluarkan saya dari sini!!!! Siapa saja tolong saya!!"
"Diam!! Saya nggak akan berbuat apa-apa sama kamu Mine .. jadi diam!!"
"Keluarkan saya!! Saya nggak mau apa yang dilakukan pak Kristo terulang kembali, jangan biarkan saya masuk ke dalam lorong hitam yang telah perlahan saya tinggalkan Den .. please .."
"Enggak! Sebelum kamu jelaskan siapa pak Kristo yang .. siapa pun dia, sebelum saya mengerti. Setelah itu baru saya mau memaafkan kamu dan membiarkan kamu pulang."
"Nggak .. saya nggak mungkin menceritakannya pada siapa pun!!"

Mine duduk meringkuk sampai ke sudut ranjang, menarik bantal untuk menutupi dirinya sendiri. Denis duduk di sofa kecil, sesantai mungkin menatap tajam ke arah Mine. Mata Mine berputar-putar sekeliling kamar Denis, seperti ini lah rasanya dulu .. seperti ini lah rasanya disekap di dalam ruang kepala sekolah dan diperkosa secara keji oleh bajingan yang telah membusuk di kubur itu!! Mine sesenggukan.

"Oke now, just tell me your paint."
"Saya nggak mau! Saya punya hak untuk nggak bercerita kan?"
"HAK!! Hak dan hak!!"
"Saya memang punya hak kan? Saya .."
"Siapa pak Kristo? Pacar gelap kamu? Cukong yang menjadi kekasihmu?"
"Bukan!! Jangan bilang begitu lagi pada saya!!"
"Lalu siapa dia?"
"Hu .. hu ... jangan paksa saya."
"Saya harus!! Karena saya peduli padamu gadis bodoh!!"
"Peduli? Kamu peduli? Kamu .. "
"Saya peduli .. kamu satu-satunya cewek yang menarik perhatian saya sejak kelas 1 smu, selama itu saya dapat menahan diri .. karena saya tau, kamu menutup diri untuk dunia luar. Tapi hari ini saya ingin kamu tau Mine, saya sayang kamu, saya peduli!!"
"Tidak!! Kamu nggak peduli pada saya .. kamu dan semua manusia sama saja, bajingan!!"
"Dan pak Kristo bukan bajingan?"
"Dia lah yang paling bajingan!! Dia lah yang merusaki hidup saya! Dia lah yang membuat saya seperti ini!!"
"Apa yang dia buat sampai kamu seperti ini?!"

Mine terdiam .. air matanya kembali mengalir deras .. sulit rasanya berada dalam posisi seperti ini. Mine menggigit bibirnya sendiri, haruskah dirinya berbagi semua pedih ini bersama Denis? Bersama cowok yang terang-terangan mengaku sayang padanya? Bull sheet!! Mine memeluk bantal kian erat dan menangis terus. Denis bangkit dari duduknya dan menghampiri Mine perlahan. Mine semakin meringkuk di sudut ranjang dan ketakutan setengah mati. Denis berlutut di hadapan Mine dan menyingkirkan bantal perlahan .. diraihnya Mine ke dalam pelukannya dan Mine kembali menangis dengan keras, tersedu-sedu. Begitu terlukanya hati gadis ini, batin Denis.

"Mine, saya bukan pak Kristo .. jadi berbagilah dengan saya."
"Saya nggak sanggup Den, nggak sanggup."
"Come on, saya sahabatmu, saya yang paling peduli padamu .. see? Saya nggak ngapa-ngapain kamu kan? Saya hanya ingin kamu berbagi. Saya janji, seandainya ini rahasia terbesar dalam hidup kamu, rahasia ini akan terus menjadi rahasia kita, oke?"
"Kamu janji nggak akan menceritakannya pada siapa pun?"
"Janji .. sumpah!"

Mine menarik napas panjang ..

"Pak Kristo kepala sekolah saat saya SD."
"Uhmm .. terus?"

Dan mengalirlah kepedihan itu dari bibir Mine. Jantung Denis seakan dipalu ribuan martil begitu tabir itu terkuak .. kepalanya serasa ditindih langit tatkala Mine menceritakan baygon cair itu .. ditatapnya gadis yang penuh air mata ini lembut. Keterlaluan!! Usia belia Mine menyimpan semua ini sendiri, nggak merasa perlu bebagi dengan orang lain seperti dirinya merasa nggak perlu mengenal dunia luar, terkukung dalam dunianya sendiri agar hidupnya tak lagi terusik. Ya, Denis mengerti sekarang.

"Mine, itu terlalu berat untuk kamu tanggung sendiri."
"Tapi selama ini saya sanggup menyimpan nya dalam hati saja."
"Kamu sebetulnya amat kuat .. amat!"
"Berjanjilah untuk nggak menceritakan semua ini pada orang lain."
"Saya sudah bersumpah. Dan akan saya ingat itu sampai kapan pun."
"Jadi .. sudah boleh kah saya pulang?"
"Masih nggak boleh."
"Kenapa?"
"Saya ingin mendengar .. apakah kamu menerima sayang dari hati saya atau enggak."
"Sayang?"
"Ya, saya cinta kamu Mine, demi Tuhan saya sayang kamu, saya peduli sama kamu, .. sebab itu lah saya ingin tau .. apa yang membuat sikap mu begitu sulit untuk di mengerti."
"Saya nggak pantas untuk dicintai karena saya nggak pantas untuk mencintai."
"Kata siapa?"
"Kata saya."

Denis bangkit, membiarkan Mine terpekur sendiri di kasur. Cowok itu menatap keluar jendela, menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mine, gadis yang patut dikasihani, hidup telah berlaku nggak adil padanya di masa kecil. Masa muda yang harusnya dilewati penuh canda dan keceriaan justru dilalui cewek itu penuh sikap tertutup bahkan nggak mau sekali pun mencoba indahnya masa remaja.

"Mine, kemari lah .. "

Perlahan Mine bangkit .. berdiri dalam diam di sisi Denis, menatap keluar jendela. Yang didapatinya adalah pohon palem dan lampu taman juga suasana siang yang terik.

"Kamu lihat sinar matahari kan?"
"Ya .."
"Sinar matahari saja mau menemani kegundahanmu .. apalagi saya."
"Ya .. saya tau."
"Lihat saya .. lihat mata saya .. "
"Saya lihat .."
"Apa yang kamu lihat?"
"Mata kamu .."
"Pintar!!"
"Den?"
"Itu lah .. kamu hanya bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang sama setelah kejadian pedih itu. Karena itu lah sikap mu menjadi begitu menyebalkan. Kamu menganggap semua manusia sebiadab pak Kristo. Dan kamu menutup diri kemudiannya karena nggak ingin hal itu terulang kembali."
"Tapi saya telah mencoba untuk keluar dari kubangan hitam ini .."
"Bagus .. saya tau, saya memperhatikan perubahan besar dalam dirimu."
"Itu karena kamu Den."
"Oh yah?"
"Ya .. melihat luka di matamu .. saya seperti melihat cermin diri saya sendiri. Selama ini saya terluka .. selama ini saya memendam luka itu sendiri .. saya sepenuhnya sadar, orang lain pun bisa terluka, bukan hanya saya."
"Pintar!!"

Mine terdiam dan berlalu dari situ, duduk di kasur empuk dan merasakan sesuatu yang lain dalam dirinya. Pergi pergi!! Luka dan pedih ini .. pergilah kalian! Denis menghampirinya kembali.

"Denis .. demi Tuhan .. saya lega .."
"Hush .. sudah, jangan menangis lagi. Rugi rasanya menangis .. Saya pun lega Mine, lega banget .. seolah-olah beban itu adalah beban saya sendiri."
"Den .. terima kasih yah?"
"Untuk apa?"
"Untuk semua .. saya nggak bisa menyebutkan satu per satu. Semua Den, untuk semua saya hanya bisa bilang terima kasih."
"Saya lega mendengarnya .. saya sendiri nggak menyangka, secepat ini kamu menyadari .. hidup itu indah."
"Ya .. dan saya nggak mau membiarkan hidup yang indah ini terlewati begitu saja karena masa lalu yang pahit."
"Pintar!! Itu lah yang ingin saya katakan padamu. Nikmatilah hidup ini Mine. Masa lalu biarlah terkubur bersama bangkai pak Kristo, lihatlah masa depan yang terbentang panjang di hadapanmu. Hidup ini hanya satu kali dan setiap orang pernah terluka, bahkan ada yang lebih pedih darimu."
"Ya saya tau."
"Pintar!!!"
"Den .. saya boleh pulang? Saya akan menjawab apa yang ingin kamu dengar tentang perasaan saya .. tapi ngga sekarang."
"Oke .. kamu nggak pa pa pulang naik motor sendiri?"
"Enggak .."
"Oke .. hati hati yah."

Denis mengantar Mine ke depan pagar rumahnya dan terus memperhatikan sosok Mine dan motornya mengecil di belokan ujung gang. Apa yang nggak diketahui Denis adalah, motor Mine dihantam secara brutal oleh bis yang oleng dan nggak sanggup mengendalikan rem-nya sesaat setelah memasuki jalan besar. Mine tersenyum dalam diam. 'Thanks Den, sebelum saya pergi dari dunia ini, kamu telah mengajari saya dan membuka hati saya untuk menerima dunia luar. Thanks.' .....

Sementara itu Denis terkejut sendiri.

"Mine?!"

-end-

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page