lunedì, settembre 13, 2004

Si Jutek!! [[ 4 ]]

Alunan lembut 'paint my love' dari MLTR mengusik pendengaran Mine. Denis dengan tenang menjalankan mobilnya. Mine berjaga-jaga, tegang sekali rasanya. Pandangannya lurus ke depan dengan sesekali melirik pada sosok ganteng(?) di sampingnya. Mine merutuki kejadian hari ini yang menyudut kan dirinya pada posisi sulit. Mau nggak mau harus mau! Hak! Dia butuh haknya!

"Rumahmu dimana Mine? Alamatnya?"
"Kamu bisa menurunkan saya disini. Saya bisa pulang ke rumah naik taxi."
"Great, kenapa hal itu nggak terpikirkan oleh saya yah?"

Ciitttt .. Denis mengerem mobilnya mendadak. Mine terjungkang ke dashboard, kepalanya sedikit terbentur. Denis menatap Mine, marah.

"Saya mencoba membantu Mine, sayang sekali, kamu nggak pernah mau menghargai bantuan siapa pun."
"Itu terserah pada saya, jangan sok ngatur saya!"
"Ya ya ya .. saya nggak pernah berniat ngatur hidup kamu kan? Kenapa kamu sampai berpikir sampai ke situ?"
"Saya turun."
"Tunggu."

Denis mengunci semua pintu mobil .. clek .. locked! Mine mendengus kesal.

"Nggak bisa kah kamu sedikit lebih toleransi pada orang lain?"
"Emang perlu?"
"Pertanyaan bodoh murid pintar!"
"Saya nggak minta pendapat kamu akan pintar atau bodoh."
"Kamu tau? Kamu bisa menjadi ahli debat negara kita!"
"Tau atau nggak, itu tetap bukan urusan kamu."
"Sumpah Mine, saya menyerah menghadapimu."
"Bagus. Toh kamu nggak akan saya anggap sebagai apa-apa."
"Apa-apa? Siapa-siapa Mine, bukan apa-apa. Oh saya lupa, hak kamu dong untuk bicara seperti itu. Maaf."

Mine lelah. Denis makhluk langka yang paling kukuh yang pernah mencoba mendekatinya. Yang pernah mencoba berkomunikasi dengannya, lebih dari yang pernah dilakukan orang lain. Perlahan ada rasa 'terlindungi' merasuki relung-relung jiwanya. Sebatas rasa melindungi .. nggak lebih. Mine nggak ingin merasakan 'yang lebih' itu, karena dia nggak mau. Gerimis perlahan reda.

"Antar aku pulang .. jangan banyak bicara. Jalan Tulip nomer sembilan."
"Oke ..."

Mobil Denis kembali melaju membelah jalanan. Sisa-sisa gerimis menodai aspal menjadi lebih hitam. Alunan 'paint my love' berganti dengan suara seksi Brandy, everything I do, I do it for you. Mine melengos. Untuk apa semua lagu-lagu cinta ini? Cengeng!! Mereka berhenti tepat di depan gerbang rumah Mine. Tante Dida terlihat cemas mondar mandir di teras rumah. Mine turun tanpa mengucapkan terima kasih pada Denis. Denis nggak mempermasalahkan hal itu, karena itu lah Mine. Gadis individual yang sombong dan kadang nggak tau caranya bersosialisasi dengan sesama manusia.

"Mine sayang .. oh .. tante cemas sekali .. "
"Terima kasih karena telah ikut cemas tante, saya masuk dulu."

Tante Dida memandangi pundak gadis itu menghilang ke dalam kamar. Sempat dilihatnya mobil itu melaju. Kekasih Mine? Baguslah bila putri tunggal majikannya itu memiliki kekasih untuk berbagi. Sehingga tingkahnya nggak meledak-ledak lagi.

"Tide!! Tide!! Dimana kamu?"

Tide bersembunyi di bawah boneka beruang coklat dan memandang Mine dengan pandangan jenaka. Mine meraih Tide, menggendong kucing ajaib itu dan membawanya ke jendela kamar. Dari jendela ini pandangan Mine tertumbuk pada halaman samping rumah yang dipenuhi aneka bunga milik ibu. Sebenarnya bunga-bunga itu milik tante Da, karena tante Da lah yang merawat mereka. Mine keluar ke dapur dan mencari roti untuk Tide.

"Non Mine .. kucing itu apa nggak sebaiknya dikasih makan nasi dan ikan?"
"Bibi nggak usah ngajarin saya caranya merawat kucing."
"Maafkan bibi non."

Mine membiarkan Tide menghabiskan dua lempeng roti iris dan mengamatinya penuh rasa puas. Kucing pintar. Tunggu saja sampai kamu besar, saya akan mengajari kamu caranya berbicara dengan bahasa manusia Tide! Kata hati Mine. Kamu akan menjadi sahabat sejati saya yang akan menemani saya berkeluh kesah. Kamu sahabat sejati saya Tide .. saya suka kamu. Tide menjilat-jilat remahan roti yang tersisa di piring.

"Bi, buatkan satu gelas susu."
"Baik non."

Bi Parti menuruti saja kehendak Mine, dari pada kena bentak? Malu rasanya wanita setua dirinya bila harus dibentak-bentak anak smu. Mine memegang gelas berisi susu dan membiarkan Tide menjilat-jilat susu dengan lidahnya dan meregangkan kaki-kakinya kekenyangan. Dipungutnya Tide dari lantai dapur, menggendong dan mencium hidung Tide trus berlalu ke kamar. Bi Parti hanya bisa menatap dengan pandangan nggak percaya. Dari jauh tante Dida memperhatikan saja. Tante Dida nggak berniat mengajak gadis itu makan siang kali ini, tentu saja Mine telah makan siang bersama kekasihnya tadi. Tante Dida tersenyum puas, walaupun sebenarnya anggapannya itu salah besar.

Petang beranjak malam, langit malam yang nggak gemerlap karena sedikit mendung. Mine asik di kamarnya, belajar. Lagi-lagi pintu kamarnya diketuk halus, suara tante Dida terdengar lagi.

"Mine, dipanggil ayah dan ibu. Ada tamu yang ingin bertemu denganmu."
"Iya, sebentar lagi."

Tamu? Siapa? Mine mendengus kesal, waktunya selalu terganggu dengan ketukan halus di pintu dan suara tante Dida yang memanggil. Ayah dan ibu pasti telah pulang, sudah jam tujuh malam. Mine keluar kamar dan menemui kedua orangtuanya di ruang tamu bersama .. Denis. Ayah dan ibu tersenyum menatapnya dan mengajaknya duduk.

"Mine sayang, ayah dan ibu kaget waktu mendengar cerita tante Dida tadi, baguslah kalau kamu telah memilih Denis sebagai pacarmu."

Bagai tersengat ribuan tawon Mine mendengarnya. Denis pun nggak kalah terkejutnya. Apa yang telah terjadi? Mine duduk dan menatap Denis marah. Denis menatap Mine dengan pandangan mata kebingungan.

"Maaf om .. tante .. saya .."
"Sudahlah .. om dan tante nggak melarang kalian pacaran kok, asalkan kalian pacaran baik-baik, oke?"
"Maksut saya om .."
"Tante dan om sudah mendengar cerita dari tante Dida tadi .. terima kasih yah telah mengantar Mine pulang. Katanya motor Mine ngadat?"
"Iya, dan tujuan saya malam ini hanya mengantar motor Mine yang telah baik kembali tante."

Mine naik darah ..

"Saya nggak ada hubungan apa pun dengan Denis, ayah. Saya bukan pacarnya demikian sebaliknya. Dan Denis, kamu nggak usah datang ke sini merengek pada orang tua saya untuk menjadi kekasih saya!! Saya benci kamu, tapi saya hargai kebaikan kamu hari ini. Mulai detik ini jangan pernah .. jangan pernah mengganggu ketenangan hidup saya lagi. Ayah dan ibu, maaf kalau tante Da telah salah anggap .. salah menafsirkan .. Denis, saya harap kamu pulang sekarang juga!!"

Sisi kelakian Denis terusik. Dirinya sama sekali ngak merengek-rengek pada orangtua Mine seperti anggapan gadis jutek ini! Dirinya hanya ingin mengembalikan motor Mine. Dia peduli, karena Mine telah menarik sebagian perhatiannya. Tapi yang terjadi ini menoreh luka di hatinya. Denis menatap Mine dengan pandangan terluka yang amat dalam, nggak disangka Mine akan berucap seperti itu dihadapan orang tua gadis itu. Mine dapat merasakan tatapan terluka itu menusuk hatinya. Lebih terluka dari tatapan Denis usai perkelahian mereka .. lebih dalam .. Mine dapat melihat tatapan itu .. sama persis ketika dirinya bercermin. Denis terluka, Mine menggigit bibir.

-bersambung-

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page