domenica, agosto 29, 2004

Si Jutek!! [[ 2 ]]

Rumah bergaya modern namun tetap terkesan sederhana itu berdiri anggun diantara rumah-rumah lain yang lebih mewah, lebih mahal dan lebih lux. Mine menghentikan motornya di depan gerbang, membuka gerbang dan mendorong motornya masuk melewati pagar lalu mengunci kembali gerbang di belakangnya. Ini rumahnya, tempat dirinya mendapatkan kehangatan bersama Tide, yang nggak didapatnya dari orang lain.

"Assalamu'alaikum!!"

Mine tau, nggak akan ada jawaban yang didengarnya. Ayah dan ibu nya tentu saja belum pulang kerja jam segini. Tante Dida yang menjadi pengurus rumah tangga pasti tengah sibuk di dapur bersama bi Parti, sibuk mengatur menu, sibuk memerintah tukang kebun dan tukang sapu rumah. Mine langsung masuk ke kamarnya, berganti baju dan mencuci muka. Dihidupkannya komputer dan mulai memasukan lagu-lagu favoritnya ke list winamp. Dicari-carinya Tide di setiap sudut kamar. Namun sosok itu tak kunjung tampak.

"Tide!!"

Sekali panggil, satu sosok hitam mungil dengan bulu-bulu berkilat dan mata jenaka keluar dari kolong lemari pakaian. Kucing mungil yang dinamainya Tide itu naik ke ranjang dan bermanja-manja pada boneka panda besar berwarna coklat yang setia menemani tidur tuannya.

"Sudah makan?"
"Meong meong .."
"Saya punya coklat .. Tide mau?"
"Meonggg..."

Tide adalah kucing mungil yang dipungutnya dari depan rumah dalam kondisi menggenaskan. Satu kaki terluka, bulu-bulu yang semrawutan kotor dan erangan kesakitan yang menyayat hati. Tide kucing kecil yang pintar, yang tau dimana harus membuang kotoran tanpa harus menyusahkan Mine untuk membersihkan. Bahkan Tide termasuk kucing ajaib yang memakan semua jenis makanan!! Dalam sehari, Tide bisa kekenyangan coklat yang dibeli Mine khusus untuknya.

"Tide pintar .. "

Mine memungut Tide dan mencium hidung kucing itu penuh sayang. Sikap yang amat jauh berbeda bila dirinya tengah berada di tengah-tengah sesama manusia, teman-temannya, ayah dan ibunya, tante Dida, bahkan pembantu sekalipun! Perlahan-lahan mp3 mengalun melalui celah-celah speaker aktiv mini miliknya. Saat-saat favoritnya, bermain bersama Tide dan mendengarkan lagu. Bila sudah begini, Mine sampai lupa makan! Lupa segalanya. Nasib putri tunggal ini sebenarnya amat beruntung, tapi entah kenapa, sejak menginjak bangku kelas 6 SD, Mine mulai menutup diri dan berkutat dalam dunianya sendiri. Tak pelak lagi, dirinya sering diomelin sang ibu dan dinasehatin ayah. Tapi tetap saja perilakunya nggak berubah.

Pada Tide, Mine dapat berkomunikasi dengan bagus dan mencurahkan rasa sayangnya tanpa takut. Namun sikapnya berubah menjadi ketus begitu berhadapan dengan sesama manusia, dia mengalami kesulitan untuk bermanis diri terhadap sesama. Apalagi terhadap teman-teman sekolahnya. Mine terkenal aneh sejak menginjak bangku SMP, sikap lupa pada dunia luar yang melandanya saat kelas 6 SD itu nggak dapat keluar dari dirinya begitu mengenal seragam putih biru. Mine nggak punya teman karib, dijauhi teman-teman kecuali teman sebangkunya dan memilih untuk hidup dengan dunianya sendiri.

Menginjak bangku SMU, sikap Mine tetap nggak berubah. Mine seakan nggak ingin menikmati masa remaja yang seharusnya dapat dinikmatinya tanpa beban dengan posisinya sebagai anak tunggal dari keluarga mampu. Nggak punya teman bukan masalah bagi Mine, karena saat kelas 1 smu dia justru memiliki Tide, kucing kesayangannya yang setia menemani.

"Mine sayang ..."

Mine terlonjak kaget .. Tide melingkarkan tubuhnya semakin nyaman diatas bulu-bulu boneka panda coklat. Suara tante Dida lembut seiring dengan gedoran halus di pintu kamar. Mine mendengus kesal. Tante Dida selalu mengganggu waktu favoritnya setiap hari dan Mine membenci itu.

"Mine sayang .. lunch dulu honey .. ayah dan ibu mu nggak makan di rumah hari ini."

'Bukan kah setiap hari ayah dan ibu memang nggak pernah melewatkan makan siang bersama saya?'. Kedua orang tua Mine selalu sibuk mengurusi perusahan garment sang ayah. Harapan Garment. Mine sebenarnya mengharapkan kedua orangtuanya untuk selalu memberinya waktu sedikit untuk melewatkan makan siang atau makan malam di rumah. Namun semua itu hanya sebatas impian gadis cuek ini. Orangtuanya terlampau .. terlampau sibuk.

"Iya tante Da .. sebentar lagi."
"Cepat yah sayang .. tadi tante minta bi Parti memasak sup makaroni kegemaranmu."
"Iya tante Da .. saya keluar makan."
"Tante tunggu di meja makan yah sayang."

Mine memberengut memandang Tide yang seperti terbuai pada lembutnya bulu-bulu boneka panda coklat. Segera dipakainya sandal dengan kepala bug's bunny dan keluar kamar.

"Ayo sayang .."
"Tante Dida makan juga?"
"Iya dong, tante temani kamu makan yah?"
"Nggak usah tante, saya nggak butuh ditemani."
"Mine, please jangan bersikap ketus begitu."
"Hak saya kan?"
"Iya itu hak mu, tapi urusan perutmu adalah urusan tante juga."
"Tante nggak usah kelewat repot ngurusin saya deh, saya bisa mengurus diri sendiri kok."
"Ayo makan."

Tante Dida tau, ngga ada habisnya bila dia mencoba adu mulut dengan gadis keras kepala ini. Mine duduk dan menunggu piringnya diisi nasi dan sop makaroni kegemarannya. Senang rasanya bila makaroni lembut itu mengisi mulutnya penuh. Makaroni, kegemaran Mine dalam setiap kesempatan. Tante Dida hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Mine. 'Gadis ini nggak kekurangan, dia hanya butuh sesuatu yang bisa merubahnya menjadi lebih bertoleransi'. Mine makan dalam diam.

"Ayam gorengnya Min?"
"Nggak suka."

Selera makan Mine memang sedikit payah. Bila orang lain menginginkan makanan yang enak-enak, Mine memilih yang sebaliknya. Tante Dida tersenyum, paham betul watak putri tunggal majikannya ini. Putri tunggal yang kelewat judes .. meskipun nggak pernah dimanja. Bagaimana mau memanjakan? Mine sendiri seolah menolak untuk dimanjakan!!

Usai makan Mine langsung masuk kembali ke kamarnya dan mendapati Tide tertidur pulas. Dielusnya bulu lembut Tide dengan telinga mendengar alunan mp3 yang mengalun sendu ..

Dear lie ..
...............
Get out of my mouth
Get out of my head
Get out of my mind
...............

Kejadian tadi siang di kelas kembali mengisi benaknya. Denis yang congkak. Denis yang sok jagoan. Denis yang sok tau! Mine mendengus kesal. Denis yang sok jadi pahlawan kelas! Denis yang berani menantangnya. Denis yang berani mencekal tangannya. Denis yang berani melemparkan kata-kata pedas untuknya. Denis yang sejak kelas 1 telah menjadi perhatiannya. Perhatian? Mine menggigit bibirnya sendiri. Ditepisnya pikiran itu .. dia sama sekali nggak memberi perhatian apa pun pada Denis. Dia benci Denis, dia benci semua manusia!! Tak terasa matanya basah. Mine menangis ... Kejadian saat kelas 6 SD itu kembali terputar di kepalanya. Mine membenci semua manusia!!

"Jangan!! Saya masih kecil pak .. jangan .."
"Tapi kamu begitu cantik untuk dilewatkan Mine .. kamu cantik .."
"Jangan pak .. saya akan laporkan .."
"Diam!! Kamu nggak punya hak apa pun anak kecil!! Nggak punya!! Berani melapor atau pisau ini menancap di tubuhmu??"

-bersambung-

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page