sabato, luglio 24, 2004

Sketsa Hati {3}

Begitu langkah kakiku terayun memasuki rumah, ku dengar sayup-sayup lagu yang pernah menjadi kegemaranku. Lagu yang kemudian kuputuskan sendiri menjadi lagu kami, lagu aku dan dia. Meskipun dulunya dia menolak menjadikan lagu ini sebagai 'lagu kita' toh aku tetap kukuh. Biar saja tak menjadi lagu kita, biar saja menjadi laguku!! Duet Air Supply yang kusuka.

When you say, "I miss the things you do"
I just want to get back close again to you
But for now, your voice is near enough
How I miss you and I miss your love
 
And though, all the days that pass me by so slow
All the emptiness inside me flows
All around and there's no way out
I'm just thinking so much of you
There was never any doubt
I can wait foreverI

f you say you'll be there too
I can wait forever if you will
I know it's worth it all, to spend my life alone with you

When it looked as though my life was wrong
You took my love and gave it somewhere to belong
I'll be here, when hope is out of sight
I just wish that I were next to you tonight
 
And though, I'll be reaching for you even though
You'll be somewhere else, my love will go
Like a bird on it's way back home
I could never let you go
And I just want you to know

I can wait forever
If you say you'll be there too
I can wait forever if you will
I know it's worth it all, to spend my life alone with you

Telah aku buktikan, aku akan menunggu selamanya. Selama Tuhan masih memberiku waktu untuk bernafas dan tersenyum menyambut hangatnya sinar mentari, maka aku akan terus menanti. Selama Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup bersama rasa ini, maka aku akan terus menanti. Meskipun muara penantianku bukan pada asa yang selama ini menemani impian-impianku untuk hidup bersama dia. Rini keluar dari dalam kamarnya dan lagu ini semakin keras terdengar.

"Mama sudah pulang? Suka sama lagunya?" ah Rini. Tentu saja aku menyukai lagu ini! Ini lagu ku! Pernyataan rasa hatiku pada dia!
"I... iya Rin, mama suka." jawab ku terbata. Kulepas sepatu dan blazer. Bi Surti membawakan segelas air putih untukku. Aku duduk di meja makan bersama Rini. Kami terdiam sampai dentingan nada itu berakhir. Tak ada kelanjutan? Tak diulang kah lagu itu? Ah, Aku begitu meresapinya. Jujur saja kuakui, aku terlena dengan lagu ini.

"Mama masih suka menunggu juga?" aku terkejut, kupandangi Rini yang kali ini berani menatap kedalaman mataku. Mengapa? Mengapa Rini berani menatapku seperti itu? Dan mengapa pula aku seperti dilingkupi ketakutan dengan pandangan mata gadisku ini?
"Menunggu? Menunggu apa Rin?" tanyaku pura-pura bingung. Tuhan!! Tolong aku! Jangan biarkan semua ini terbongkar. Jangan biarkan gadisku ikut merasakan kehilangan yang amat dalam.
"Menunggu papa." deg! Jantungku seperti dihantam godam dan itu membuat ulu hatiku nyeri. Ini kah rasa tak enak yang sempat terbersit sepintas lalu tadi? Jantungku kian cepat berpacu. Loteng!! Bodohnya aku membiarkan Rini membersihkan loteng! Tentu saja dia akan memeriksa isi setiap kardus yang ada disana dan membaca diary itu!! Arhh!!!
"Papa telah .." aku tak bisa meneruskan kata-kataku. Ucapan Rini berikutnya seakan memotong pita suaraku dan memaksaku untuk patuh mendengarkannya.
"Mama bohong kan dengan cerita itu? Nenek juga bohong kan? Tante-tante dan para paman juga berbohong kan?" mataku basah. Lihatlah Citra, dia telah 14 tahun sekarang, sudah saat nya dia mengetahui dan mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Aku menggigit bibir pasrah.

"Papa masih hidup kan? Papa sekarang berada di kota yang nggak jauh dari kita kan? Papa hidup bersama keluarganya sendiri kan? Rini masih punya papa!! Papa Rini belum meninggal seperti yang mama ceritakan sejak dulu!" aku memejamkan mataku, air bening keluar dari sudut-sudut mataku. Rini, tau kah kamu bahwa begitu susahnya mama memisahkan kamu dari semua realita pahit ini? Begitu susahnya mama mengurusi akte kelahiran kamu! Begitu sulitnya mama menghadapi semua ini sendiri. Begitu sulitnya mama menjejali otakmu dengan cerita bohong itu?!

"Ma,.. Rini telah membaca semuanya tanpa satu pun tersisa. Rini nggak jadi membersihkan loteng setelah dua buah diary ini Rini temukan dalam kardus yang diletakkan paling sudut dan tersembunyi. Rini mohon, jangan sembunyikan apa-apa lagi dari Rini .. ceritalah ma, Rini ingin mendengarkan semua cerita itu dari mama, malam ini juga,..." aku menarik napas panjang. Sesak napas. Setiap kali sesak napas begini, aku pasti mengingat dia,.. suamiku, suami sah ku!! Meskipun aku hanya menjadi istri keduanya .. tapi dia suamiku juga. Aku mengetahui dirinya luar dalam .. seluruhnya! Sampai pada asma yang sama-sama kami idap!

Haruskan kuceritakan semua ini pada gadisku yang penuh tuntutan ini? Haruskah? Harus .. aku harus! Karena dia adalah bagian dari cerita ini. Dia adalah buah cinta cerita ini. Aku menarik napas dalam kembali. Yang kurasakan saat ini adalah menelan jelaga hitam yang pernah kuperbuat dulu. Seperti butiran pasir yang memasuki kerongkonganku hingga aku rasanya perlu tersedak dan muntah agar semua ini dapat kuceritakan. Wajah Rini adalah wajah dia. Senyum Rini, gerak-gerik Rini dan tatapannya yang menusuk adalah milik dia pula. Rini adalah putri sahnya pula dari pernihakannya yang kedua bersamaku. Pernikahan yang kami sembunyikan. Pernikahan yang kemudian diketahui oleh keluargaku saat aku mulai merasakan kehadiran seorang Rini di dalam rahimku.
Dia memiliki dua kebahagiaan sedangkan aku cukup satu. Karena aku bahagia. Apa kah Rini dapat mengerti bahwa bahagia adalah kunci kehidupan yang paling utama? Dengan bahagia manusia tak akan punya niat mencoba mencari masalah. Itu lah yang kupilih. Dan itu lah realita yang mau tak mau harus kuceritakan pula pada gadisku ini. Tuhan, malam ini Rini harus mengetahui semuanya dari aku sendiri meskipun cerita itu telah dibacanya dari dua buah diary usang yang sempat menjadi pelarianku dahulu.

Tuhan, aku mohon, kuatkan aku agar cerita ini nantinya dapat selesai mengalir dari bibirku tanpa perlu aku tersedak atau terisak. Kuatkan pula hati gadisku agar dia tak perlu membenci papanya sendiri karena nasib memang tak memihak pada aku dan suamiku sendiri. Tuhan, biarkan malam ini menjadi saksi terbukanya rahasia hidupku yang paling dalam .. lukisan jiwaku, sketsa hatiku yang selama ini kujaga rapat sampai-sampai tak ada celah sedikitpun kubiarkan terbuka. Biarkan Rini mengetahui, alasan mengapa mama nya terlihat sering melamun dan terkejut bila ditegur. Semua itu untuk satu rahasia .. satu sketsa hati.

-tuteh@9Julai04^bersambung-

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page