lunedì, marzo 29, 2004

LUV part.4

Minggu siang yang cerah, cenderung panas. Flo dan Lisa siap-siap berangkat. Sesuai janji, Cova akan menunggu mereka terlebih dahulu di TP. Cowok itu sekalian nunut mobil temannya. Flo nampak manis meskipun kesan mandirinya tetap melekat dalam diri gadis Flores berkulit hitam manis itu. Rambutnya yang berpotongan shaggy dibiarkan lepas. Jeans belel, sepatu kanvas dan ransel adalah pakaian kebesaran gadis itu bila keluar rumah. Entah itu ke kampus, ke rumah teman, atau ke mall seperti siang ini. Lisa, terlihat lebih feminin dengan balutan rok jeans dan tank top yang dipadu cardigan. Kedua kakak beradik itu segera menuju TP, naik angkot dua kali.

Turun di KFC, samping TP, keduanya jalan sebentar ke TP. Di depan Mc Donald dah ada Cova. Ya ampun, Flo menahan degup jantungnya yang bedetak ga berirama dan lebih kencang saat melihatnya. Cakep bener! Cool banget si Cova. Hati Flo seperti dialiri listrik, dia cinta sama Cova!
"Heii .. dari tadi Va?" tanya Lisa. Cova mengangguk sambil melirik Flo yang pura-pura mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Lumayan kak. Mau sms-in tadi, tapi ga jadi, nunggu aja deh, sambil cuci mata." jawab Cova santai. Spontan Flo nyeletuk.
"Masih mau cari cewek jawa yah?" Cova melotot, Flo tersadar. Aduh, untung nama Ningsih ga sampai terucap tadi. Gimana kalau Lisa sampai tau? Berabe dah. Flo bungkam.
"Loh kok cewek jawa, apa adik kakak masih kurang Va?" tanya Lisa sambil mengajak keduanya masuk.
"Ngg suka kan ga berarti cinta kak." jawab Cova cepat sambil matanya melotot ke arah Flo. Flo hanya bisa membalas dengan tampang bersalah yang ga habis-habisnya.
"Oh gitu, awas loh eheehe." seru Lisa lagi. Mereka tertawa. Aroma musk Cova menyengat hidung Flo, Cova tercinta!!
Mereka putar-putar, dari lantai satu ke lantai dua, dan seterusnya. Dari tp 1 ke tp 2 dan 3 dan seterusnya. Capek putar-putar, cuci mata, liat barang bagus, ngecengin cowok cewek, trus mereka turun lagi ke lantai dasar, ke Cimo Cimi, tempat favorit Lisa kalau dia ke tp. Tempatnya asyik. Dekat sama texas, trus dindingnya terbuat dari kaca, jadi sambil hang out, makan dan minum, mata bisa jelalatan liat keluar, merhatiin orang yang jalan. Seru deh pokoknya.
"Eh, kakak ke toilet bentar, kebelet." Lisa meninggalkan Cova dan Flo berdua disitu. Hati Flo mulai ga tenang lagi.

"Flo..." Cova mencoba mencairkan kebisuan diantara mereka.
"Maap Va, saya ga sadar tadi ngomong ..." sambar Flo sebelum Cova selesai bicara. Cova menggeleng kuat.
"Bukan soal itu. Ini soal kita." ujar Cova cepat. Flo terbeliak. Soal kita? Soal hubungan mereka?
"Maksutmu?" tanya Flo. Bukannya pura-pura bego. Flo sebenarnya sudah bosan dengan semua ini. Bosan menunggu cintanya terbalas oleh cowok ganteng yang timur banget wajahnya, yang bikin cewek-cewek di Cimo Cimi siang itu menatap dengan tatapan iri. Apalagi tragedi di kost-an Cova sore itu, ciuman yang dahsyat! Ciuman yang membuat Flo berharap Cova telah meninggalkan Ningsih dan telah mulai mencintai dirinya.
"Maksut saya ... hmmm saya dan Ningsih telah pisah .." Flo kaget juga mendengarnya meskipun ada harapan dihatinya untuk itu. Flo menatap mata Cova lekat-lekat.
"Lalu?!" tanya Flo.
"Ga ada lalu, ga ada lanjutan. Just broke! Like glass fall down on the floor." jawab Cova. Flo bingung, hatinya senang mendengar hal itu, tapi apakah dengan putusnya hubungan mereka Cova bisa berbalik mencintainya, memenuhi tuntutan cincin tunangan yang melingkar di jari mereka?

"Flo .. hei, kok ngelamun?" tanya Cova. Flo tersadar. Dulu atau sekarang, pesona makhluk ganteng di hadapannya ini tak pernah pudar, meskipun dirinya telah berusaha sekuat mungkin melupakannya. Menghindar agar tidak bertemu berminggu-minggu memang cukup membantu. Namun begitu mereka bertemu lagi, melihat sosok Cova lagi, getaran itu langsung terasa, ga berkurang sedikitpun porsinya.
Cova menatap wajah Flo di depannya. Wajah yang flores banget, dengan rambut ikal di shaggy, dengan senyum manis menawan. Seperti bidadari Sanua yang turun dari langit. Bidadari .. Cova mencoba tersenyum, bidadari yang dilupakannya kah? Flo memang bidadari untuknya, masa sekolah yang membahagiakan. Bagaimana Flo dengan berbaik hati mau membantunya ngerjain pe er atau belajar bersama, mengisi otaknya yang kosong dengan pengetahuan. Masa smp dan smu yang menyenangkan. Sampai Ningsih pindah ke Ende, mengisi sisi hatinya yang lain. Ningsih adalah kekasih untuk satu sisi hatinya dan Flo adalah bidadari untuk sisi hati yang lain. Kini sisi kekasih itu telah punah untuk Ningsih. Cewek jawa yang dulu dikejarnya setengah mati! Cova menatap wajah Flo di hadapannya lagi, mau kah bidadari ini mengisi sisi itu? Melengkapinya dengan cinta pula? Cinta dari wanita terhadap laki-laki, bukan cinta dari seorang misan kepada misan lainnya. Hidupnya tanpa Flo ga berarti. Hidupnya tanpa Ningsih masih berarti. Kenapa matanya buta selama ini?! Kenapa mata batinnya juga ikut-ikutan buta?

Mereka duduk dalam diam. Lisa masih belum muncul. Cova kembali bersuara.
"Flo, saya mau bicara serius .. boleh?" tanya Cova akhirnya. Flo menatap wajah Cova lekat-lekat dan mengangguk.
"Boleh .." jawabnya.
"Soal cincin ini, soal kita, soal tunangan ..." Cova menggantungkan kalimatnya. Flo menanti harap-harap cemas.
"Y..yaa .. kenapa?" tanya Flo lagi. Cova menarik napas dalam-dalam.
"Flo .. kamu cinta saya?" tanya Cova blak-blakan. Flo terdiam. Pertanyaan macam apa itu! Kalau dijawab, ya, Flo jujur, perasaannya ke Cova memang seperti itu. Tapi .. Cova melanjutkan.
"Flo, saya mencintaimu." Flo kaget. Itu pernyataan yang ditunggunya sekian lama! Melewati hari-hari senang dan sedih selama ini, untuk hal ini!
"Cova?" Flo mencoba mencerna kata-kata yang selalu dinantinya itu baik-baik.
"Kenapa? Terlalu cepat ya? Setelah putus sama Ningsih, saya lalu bilang cinta ke kamu? Hal yang saya sendiri ga ngerti kok Flo. Saya selama ini buta sama cewek jawa, saya selama ini menjadi pengejar cinta, padahal cinta yang sebenarnya itu ada disini, di hadapan saya. Flo, sulit bagi saya untuk menjelaskan perasaan saya." Cova menatap mata Flo dalam. Mencoba mencari jawab disitu. Benarkah seperti kata Ningsih saat masih sekolah dulu, Flo sebenarnya mencintainya?
"Cova, .. I've been waiting for that sentences for a long time .. sure .. for a long time Va .." mata Flo berkaca-kaca. Cova meraih tangan Flo lembut, meremasnya dan menjanjikan cinta di sana.

Lisa muncul seperti sebuah skenario filem, tepat saat mendebarkan berlalu. Tangan keduanya masih bersatu dalam genggaman lembut.
"Nah ya .. " goda Lisa dengan kedipan mata. Flo menarik tangannya cepat. Wajah cewek hitam manis itu memerah.
"Kakak kok lama sih ke toilet." tanya Flo, sekedar mengalihkan pembicaraan.
"Oh, tadi ketemu teman kakak di atas, jadi agak lama hehehe." mereka tertawa. Tawa yang diartikan lain oleh Cova dan Flo, tawa bahagia. Setelah mengisi perut, mereka memutuskan untuk pulang.

Seperti sebuah kisah drama romantis, selalu berakhir dengan happy ending, ya kan? Malam ini di balkon kost Cova, cowok ganteng itu tengah sms-an sama Flo, misan yang selama ini selalu menemaninya ibarat cahaya yang tak pernah pendar dimakan waktu. Sesuatu yang dirasakan dalam hatinya mencuat, itu kah cinta? Cinta untuk Flo, yang selama ini tertutup kabut cintanya pada Ningsih? Cova menatap bintang-bintang di langit sambil berbisik "Thanks God." Di kamar kost Flo, gadis itu sedang membalas sms-sms Cova yang lucu dan menggoda, tentu saja dengan volume sms yang nol persen kecuali getarnya. Soalnya Flo ga mau sms-an nya mengganggu Lisa yang tengah belajar, berkutat dengan buku-buku tebal yang ga dipahaminya. Dalam hati Flo berbisik "Thanks God, finally you give him to me." Flo tersenyum sendiri.

tuteh, 4 Maret 2004

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page