lunedì, febbraio 16, 2004

I WANNA BE WITH YOU

Perjalanan demi perjalan terus kulalui dengan tekun. Aku, peneliti ekonomi yang selalu ingin tau urusan ekonomi daerah dan berpindah tempat kerja dari satu kota ke kota lain di Indonesia. Kali ini tugas membawaku ke pedalaman pulau Flores, bukan pedalaman sih tepatnya. Ke sebuah kota kecil nan ramai di pulau Flores. Ende, ibukota Kabupaten Ende. Ini adalah perjalananku yang ke sekian yang harus dilewati, demi hidupku, demi profesi yang aku tekuni. Perjalanan panjang menggunakan kapal laut tak membuat semangatku menjadi gentar apalagi berniat mundur. Selalu ada titik, titik yang memberiku semangat dan menyinari hidup ini. Titik itu saat ini berada jauh dariku. Selalu jauh, namun terasa dekat di hati.

Titik itu adalah Ita. Sosok maya yang aku temui di ruang chat. Setahun lebih sudah aku menjalin sesuatu dengannya. Diriku, bagi Ita mungkin sosok misterius, tuan tanpa wujud dan keberadaan. Kami hanya bertemu lewat chat, selanjutnya email lah yang menjadi media kami. Tepatnya mediaku. Karena hingga saat ini yang diketahui Ita tentangku hanya sebatas pekerjaan dan sebuah pic kecil yang pernah aku kirimkan padanya. Hanya itu, tidak lebih. Tanpa nomor telepon, tanpa alamat rumah dan tanpa nomor hp. Aku merasa cukup bahagia dengan keadaan ini.

Ita bukannya tidak pernah menanyakan nomor telepon atau nomor hp. Namun aku dengan tegas menolak memberikannya. Aku punya alasan sendiri untuk tidak membeberkan hal yang paling ingin diketahuinya itu. Bukan untuk membuatnya penasaran dengan sosokku yang misterius, tak ada maksut untuk itu. Sekali lagi, aku merasa belum siap menjalin hal yang lebih dari email dan chat. Aku harap Ita bisa mengerti. Well, aku rasa dia mengerti tanpa banyak tanya mengapa dan mengapa. Dia cewek tegar dan pintar. Hal ini memang tidak adil bagi Ita. Aku secara jelas mengetahui semua keberadaannya, perasaannya, hubungan cintanya yang kandas, sampai kehidupan dan keluarganya. Sedangkan Ita sama sekali tidak mengetahui dimana aku berada, sedang berbuat apa, sehat atau sakit.

Sehari berada di kota kecil ini, rinduku untuk mengecek mailbox amat besar. Untunglah, instansi terkait tempat penelitianku menyediakan jasa internet gratis, sehingga aku masih bisa mengecek mailboxku. Herannya, meskipun di situ ada surat dari Ita, satu surat, aku seakan enggan membacanya. Tidak tega hatiku membaca kata-katanya. Saat ini aku ingin berkonsentrasi pada kerjaan dulu. Urusan Ita nanti saja aku pikirkan. Dari lubuk hati, aku harap Ita pun mengerti diriku. Aku yang tidak modern meskipun lahir dan tinggal di kota besar. Aku yang kadang selalu tidak bisa menerima perlakuan pria-pria berhati jahat padanya. Gadis baik yang selalu menerima perlakuan tidak adil!

Dua minggu berada di Ende, aku diajak beberapa pejabat mengunjungi keajaiban alam yang terletak di Desa Koanara, Kabupaten Ende. Danau Kelimutu. Danau yang terbentuk dari bekas 3 kawah gunung berapi dan memiliki warna yang berbeda di setiap danaunya. Hampir 3 jam perjalanan dengan mobil dari Ende, dan satu jam pendakian menuju puncaknya. Capek sih iya, tapi begitu melihat keajaiban yang terpampang di depanku, semua rasa itu hilang. Kunikmati indahnya panaurama dan tak lupa mengabadikannya. Akan kukirim hasil jepretan kamera poket ini untuk .... Ita. Yah, selalu kepada Ita. Hanya pada gadis itu aku mampu bercerita dan berbagi. Berbagi kesedihan maupun kesenangan, meskipun hanya lewat kata-kata dalam email. Namun hatiku terasa dekat dengannya, hatiku seakan berada di sisinya.

Satu minggu menjelang berakhirnya penelitianku, hasrat untuk mengunjungi dunia maya kian menekan. Aku segera ke warnet. Warnet kecil dengan harga yang tidak kecil, biarlah, toh aksesnya bagus. Aku mengecek mailboxku, ada 3 surat kini. Kubuka inbox, dua surat dari Ita, satu surat iklan. Ku delete surat iklan itu, lalu kubuka surat pertama dari Ita. Isinya singkat.

Dear Be,

Hei peneliti, lagi dimana sekarang? Ga pernah kelihatan lagi di ym. Sibuk kerja yah? Jangan sampai sakit loh Be, nanti kamu sendiri yang susah. Uhm, jangan-jangan Be lupa sama hari spesial sendiri? *smile*

Dah yah, mau buka warnet dulu. Bye and GBU ...

It's me, Ita ^^

Surat yang pendek, namun amat menghibur hatiku. Hari spesial katanya? Kuingat-ingat hari spesial apa gerangan sambil kubuka email ke dua. Ya! Aku lupa pada hari ulang tahunku sendiri! Email ke dua adalah kartu elektronik yang romantis. Yeah, romantis. Tak pantas rasanya diriku menerima kebaikan gadis ini. Dia memberikan perhatian yang begitu besar padaku. Bahkan mengingatkan hari ulang tahunku sendiri! 1 Februari, itu kemarin. Gadis ini, seperti sudah kubilang, selalu memberiku semangat. She is the spirit of my life. Satu titik yang jauh, namun selalu dekat di hatiku.

Kedua surat itu tidak kubalas. Aku harap dia tidak beranggapan aku melupakannya. Tapi aku pastikan, suatu hari nanti aku pasti akan membalasnya, tidak sekarang. Kututup semua window, membayar billing yang nominalnya yang tidak sedikit itu dan keluar dari warnet. Seminggu lagi kerjaanku beres. Penelitianku selesai dengan semua referensi dan tesis. Aku berniat jalan-jalan ke pantai. Ende terkenal dengan pantai-pantainya yang bersih dan indah. Apalagi pantai bagian Ende (ada lagi pantai bagian Ipi), dengan pemandangan pulau Ende di kejauhan. Bila matahari senja pulang, bias jingganya seperti lukisan alam yang tiada duanya di dunia. Duduk di bangku tamannya dan menikmati teh botol membuat pikiranku kembali pada Ita.

Be, sampai kapan kamu terus bersembunyi dalam kemisteriusan yang terlalu dibuat-buat, batinku berontak. Entah lah sampai kapan. Sampai aku yakin kalau Ita mencintaiku? Ah, bodohnya, mana mungkin aku tau perasaannya kalau aku sendiri tak punya keberanian untuk bertanya, apalagi mengungkapkan rasa cintaku padanya? Dia wanita, pasti selalu menunggu sinyal dariku. Mana mungkin dia tau kalau aku merindukannya kalau semua isi emailku adalah cerita-cerita panjang yang membosankan tentang keadaan daerah-daerah dan penelitianku ke sana? Tentang suku pedalaman Irianjaya yang masih memakai koteka, tentang tanah toraja yang syarat budaya atau tentang danau toba yang indah. Entahlah ... setiap bercerita tentang perjalananku, seolah rasa cintaku ikut bernyanyi disitu. Ita, the spirit of my journey.

Selesai sudah penelitianku kali ini. Aku harap sepulangnya kembali ke Jakarta, tidak ada tugas baru yang menanti. Aku butuh istirahat dan membenahi hidupku. Termasuk membenahi hubunganku dengan Ita, memperjelas apa yang sebenarnya harus terjalin antara kami. Sekedar teman berbagi hati atau lebih dari itu. Well, aku sendiri mengharapkan hubungan kami bisa lebih dari sebuah persahabatan yang manis. Aku harap aku bisa terbuka padanya. Jujur tentang hati dan hidupku. Tentu saja aku tidak lagi menjadi sosok misterius di hadapannya. Semoga.

Pulang ke Jakarta aku menolak menggunakan jasa pesawat. Kupilih perjalanan laut yang santai. Turun di pelabuhan Perak, baru aku berniat melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan pesawat. Namun langkah kaki tidak mengajakku ke bandara Juanda, melainkan singgah ke sebuah warnet yang harganya se per lima dari billing warnet di Ende. Kubuka mailbox, satu surat lagi dari Ita. Segera kubaca.

Dear Be,

Hei peneliti ... pa kabar? Sedang ada di mana sekarang? Be, aku kangen chat denganmu lagi. Rindu ingin berbagi denganmu lagi. Be selalu bisa mengerti keadaanku. Selalu bisa memberi petuah yang baik. Salahkah bila aku selalu berharap suatu hari nanti Be bukan lagi sekedar sosok misterius bagiku? Aku selalu berharap Be itu nyata, ada di depanku dan dapat kusentuh.

Maaf Be, aku mungkin terlalu jujur. Aku ingin Be ada di sini, di dekatku. Kapan Be on line lagi di YM? Be kan tau aku selalu on line saat warnet dibuka. Balaslah salah satu dari surat-suratku Be, terlalu lama rasanya dirimu menghilang. Kita memang hanya orang per orang yang bertemu lewat dunia maya tanpa batas ini, namun sangat berarti bagiku.

Ya dah .. aku pamit yah :)) hope someday I will meet you. Oh iya, diklik yah kartunya, ada lagu untuk Be ....

It's me, Ita^^

Aku seperti mendengar nyanyian cinta dari email itu. Seperti nyanyian cintaku pada email yang berisi cerita perjalananku. Aku menarik napas panjang. Selama ini hatiku selalu berontak bila Ita menceritakan pria-pria jahat yang berlaku tidak adil padanya. Lalu aku sendiri apa? Aku termasuk pria jahat itu kan? Aku sendiri telah berlaku tidak adil padanya. Ku klik kartu dan mendengar backsound dari flash card itu. Hmmm Mandy Moore? >>>I Wanna be with you, if only for one night, to be the one who's in your arms who's hold you tight, I wanna be with you, there's nothing more to say, there's nothing else I want more than to feel this way...<<< hanya sebuah penggalan lagu, namun menusuk ke sanubariku. Ita, tunggulah, dua hari, tiga hari, akan kamu temui jawabnya. Sebenarnya saat ini ingin rasanya kubatalkan kepulanganku ke Jakarta, langsung ke kotamu yang masih satu propinsi dengan Surabaya, tapi niat itu kuurungkan. Kubayar billing dan keluar dari warnet, mencegat taxi dengan tujuan Juanda.

Tiba di Jakarta kuselesaikan semua urusan dengan cepat. Istirahat satu hari penuh dengan tidur. Hari ini aku kembali segar. Siap. Siap untuk Ita. Untuk membuka identitasku padanya. Menguak tabir gelap diriku padanya. Hatiku bergetar, semoga Ita tidak kaget, lebih lagi, semoga Ita mau menerima cinta seorang peneliti yang tidak modern seperti diriku. Kuhidupkan komputer di kamar, mengakses internet dan membuka email. Belum ada surat lagi. Aku online di YM sekarang, dan nick itu, Ita_Ita, online. Cukup lama aku tidak ke YM. Ku sapa dia. Diam, tak ada jawaban. Not on her desk now? Uhm, kuraih telepon, mendial nomor telepon warnetnya yang terpatri dalam ingatanku. Satu, dua ... empat kali nada panggil ... Hey dimana dia? Hampir saja kututup telepon bila nada panggil itu tidak berhenti diiringi dengan suara berat seorang gadis dari seberang. Suara Ita yang khas. Berapa lama sudah tidak kudengar suara ini?

"Gugusan Cyber Cafe disini, ada yang bisa dibantu?" suara itu menggetarkan hatiku, cintaku. Cinta seorang peneliti yang misterius.
"Hei, jawab aku di Ym dong ..." itu saja, kututup telepon. Sambil tersenyum kuperhatikan layar monitor.

Ita_Ita: Be!!!!!!!!!!!!!!!!
Ita_Ita: Sudah kuduga hehehe .. pa kabar? Sehat kan? Lagi dimana? Sorry tadi lagi ngajar *smile*
Ben_Ben: Hey hehehe .. lagi di .. hmmm .. dimana yah?
Ita_Ita: Aku ga mau tebak ah, takut salah lagi ...
Ben_Ben: hehehe .. oke oke, aku di Jakarta. Di rumah. Mau telpon ke sini?
Ita_Ita: ???? telepon? Emang ada nomor telepon?
Ben_Ben: Ada dong ... kalau ga mau ya sudah :(
Ita_Ita: Mauuuuuuuuuuuuuuuu ... mana mana!!! Akhirnya :)
Ben_Ben: hehehehehe .. ^^ 021xxxxxxx hp 0818xxxxxx ... lengkap yah?
Ita_Ita: I can't believe it. Disambit setan apa sampai Be mau ngasih nomor telepon dan no hp?
Ben_Ben: Disambit setan cinta ^^
Ita_Ita: Cinta .. Be jatuh cinta? Siapa kah gadis yang beruntung itu wahai peneliti?
Ben_Ben: Beruntung? Andai dia merasa beruntung. Kalau sebaliknya gimana?
Ita_Ita: Well .. ga tau deh hehehehe
Ben_Ben: Kamu!
Ita_Ita: Ya aku kenapa?
Ben_Ben: Kamu adalah gadis malangnya. Aku adalah pria beruntungnya :)
Ita_Ita: Be? Kamu ga lagi demam kan?
Ita_Ita: Aaku? Be?
Ben_Ben: Love you Ta .. sorry maybe it's too late to say this. But I do love you. Very.
Ita_Ita: Be .. aku menangis. Aku bahagia membacanya.
Ben_Ben: Nanti malam ga usah dibaca, didengar saja yah. Nanti malam ku telepon. Mudah-mudahan minggu depan aku bisa ke kota mu.
Ita_Ita: Be, thanks God. Aku ngajar lagi yah sekarang ...
Ben_Ben: Boleh, harus itu, jangan biarkan muridmu menunggu .. oke Ita, sampai nanti malam yah, love you *kiss* I wanna be with you too, not just for one night, but forever ..
Ita_Ita: *^_^*
Ben_Ben has logged out.

Kumatikan komputer, kembali ke ranjang dan tidur. Lega. Malam merambat, kutelepon Ita. Satu kali nada panggil, langsung diangkat.
"Be .." suara berat itu lagi.
"Hei hehehe .. belum tutup warnet kan?" tanya ku.
"Belum, nunggu Be nih. Kan janji mau telepon." aku tertawa.
"Ita, ga nolak kan jadi pacarku? Maaf ya kalau aku langsung ngomong gini, aku ga bisa basa basi sama gadis yang kusuka. Mengingat sudah sekian lama kita saling berbagi, ga pa pa kan kalau aku langsung ngomong gini?" kataku tulus.
"Ga pa pa Be, aku ga butuh rayuan, ga butuh kata-kata manis. Aku hanya butuh bukti cinta, itu saja." jawab Ita dari seberang.
"Akan kubuktikan Ta. Minggu depan aku ke sana yah. Aku janji." kataku lagi.
"Be .. makasih ..." suara berat itu mulai serak. Menangiskah dia?
"Ta, ppssttt jangan menangis sayang, jangan ... kita sudah sama-sama dewasa, harus siap menerima pahit dan manisnya hidup, oke?" hiburku.
"Oke .. kutunggu minggu depan ..." katanya, suaranya masih serak.
"I promise." hanya itu kata terakhirku sebelum menutup telepon. Malam ini aku membuktikan kedewasaan pikiranku. Aku telah memutuskan untuk mencintai, so, aku harus berani menjalani. Aku tidak mau hanya mencintai, tapi tidak berani menjalani. Itu berarti pengecut. Aku bukan pengecut.

Saat ini aku bukan lagi sosok misterius baginya. Aku adalah Be, peneliti ekonomi yang tidak modern. Yang mencintai gadis dari dunia maya namun nyata. Spirit gadis itu telah memberiku semangat kerja dan hidup yang besar. Ternyata itu bukan hanya spirit, namun cinta. Titik itu semakin mendekat, jam 7 terpampang di hp. Itu dia, Gugusan Cyber Cafe. Aku turun dari taxi, membayar argo dan mengangkat travel bag biru yang setia menemaniku kemana-mana. Langsung aku masuk ke warnetnya. Disudut kulihat dia, sedang memberi penjelasan pada user yang rewel. Aku tersenyum, kutunggu sampai dia selesai dan berjalan ke mejanya. Matanya menumbuk mataku. Hatiku bergetar, seperti binar matanya yang bercahaya, cahaya bahagia. Indah seperti lukisan sunset di Ende. Ita.
"Be?" dia berlari ke pelukanku.
"Ita .. ini lah sosok misteriusmu." kudekap dia erat, tidak ingin rasanya melepaskannya lagi. Kuhirup aroma lembut rambut dan tubuhnya. I'm sure now. I wanna be with her, not just for one night, but forever.

tootyee, 15 Februari 04
I dedicate this story for the girl who has everithing, beauty, smart and love. Hope you will find him someday ^^ Amien. Wanna request other story? Just tell me, you know lah :))

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page