giovedì, aprile 15, 2004

SEGI TIGA

Inez memperhatikan sepasang muda mudi yang berjalan di kejauhan. Meskipun mall tampak ramai, namun pandangan mata Inez tak mampu lepas dari mereka. Bila mereka orang lain yang tak Inez kenal sama sekali, it's oke lah, not her bussines. Tapi mereka ada Anto dan Mira. Dua orang yang dekat dengannya. Mira adalah sahabat setianya dan Anto adalah kekasihnya! Lama Inez memperhatikan mereka, mesra dan saling canda, oh Tuhan, ini kah kenyataan dibalik setia kawan Mira dan kesetiaan Anto yang sering diucapkannya? Inez masih menatap mereka kian lama menjauh. Gadis itu masih terus duduk di sudut resto waralaba, menghabiskan minumnya. Pantas saja, sikap Anto akhir-akhir ini jadi lain.

Oh, bukan menjauh .. bukan! Anto lebih perhatian, lebih sayang padanya. Padahal Anto itu tipe cowok cuek, Inez hafal sifat-sifatnya, mereka telah pacaran 3 tahun! Mira, sahabat Inez yang tentu saja dikenal pula oleh Anto. Mereka bertiga kuliah pada universitas yang sama, namun beda fakultas. Inez dan Mira di fakultas sastra, sedangkan Anto di fakultas Teknik. Oh .. jadi ingin mempermainkan gue yah? Ingin berbohong yah? Ingin selingkuh? Bosan sama hubungan kita To? Huh, Inez menggeram kesal. Dan Mira, hohoho, you're bitch!! Ga disangka, persahabatan kita hanya bisa bertahan sampai di sini. Lagi-lagi Inez membatin.

Oke oke .. kalau itu memang mau kalian berdua, oke! Gue layani, gue ikutan jadi aktor dalam naskah kalian berdua, rutuk Inez dalam hati. Gadis itu tersenyum puas, gembira atas ide yang muncul di kepalanya. Gue ga akan sakit hati, gue pengen bikin kalian seperti orang ketakutan, sport jantung, was-was dan sebagainya .. dan kalian, akan seperti orang yang berjalan di medan ranjau .. Inez tertawa senang.

"Gue sore tadi ke salon Nez, ngantar mama .. tau kan mama hehehe. Ke salon aja harus gue yang nemenin." ujar Anto di telepon. Malam ini, Inez ingin tau, apa yang akan dikatakan Anto bila dia bertanya sore tadi kemana, ingin tau, kebohongan apa yang akan dikatakan Anto padanya.
"Oh ya? Tapi perasaan yang nerima telpon gue sore tadi, mama elu deh To .. " ujar Inez santai, dia ingin mempermainkan perasaan Anto juga.
"Masa sih? Si bibi kali Nez, suer tadi sore gue nemenin mama ke salon." sumpah, mau rasanya Inez tertawa, oh yeaaaaahh, sumpah!! Begitu mudahnya kalian para cowok bilang sumpah! Sumpah palsu!
"Yasud kalau gitu, gue mau bobok! Oh iya To, besok kuliah kan? Ketemuan yah, ada yang ingin gue bicarakan, soal mall .." Inez menggantung kalimatnya.
"Mall?? Ma .. maaksud elu apa Nez?" gotcha!! Rasa-rasanya Inez mendengar degup jantung Anto yang kian berpacu.
"Mailing list maksut gue .. ada temen yang ngajak ikutan mailing list, tapi sumpe gue kurang paham maksutnya apa .." well, Inez mendengar Anto menarik napas lega, kesian deh eloe!
"Oke .. sampai ketemu besok yah. By the way, kenapa elu ga mau sms gue aja Nez?" tanya Anto kemudian.
"Oh .. lagi malas aja bawa hp, ribet deh huehue .. see ya." jawab Inez sembari meletakkan gagang telpon.

Kena lu sekarang To!! Nganter mama ke salon? Oh yeahhh. Salon dari hongkong? Jelas-jelas sore tadi tangan Anto melingkar mesra di pinggan Mira. Jelas-jelas mereka berdua berjalan berduaan seperti sepasang merpati yang tengah dilanda asmara. You both lie to me.

Inez tengah menunggu Anto di kantin kampus yang ramainya aujubilleh. Itu mahasiswa pada kelaparan pa yah? Atau pengen ngilangin stress akibat dua atau tiga jam berhadapan sama dosen killer? Wow, Inez memesan batagor kesukaannya plus satu gelas soda gembira, duduk menanti Anto. Mira ga nampak batang idungnya sejak tadi. Kemana dia? Jangan-jangan lagi hepi di kamar, akibat senangnya jalan berdua pacar teman sendiri!! What a hell!!

Dari kejauhan Anto muncul, kemeja biru kusut dan blue jins. Ranselnya menggantung jenuh di pundak.
"Hi sayang .. udah lama nunggunya?" tanya Anto.
"Iya, lumayan lama neh. Mending gue nunggunya di mall, sambil cuci mata." tess, wajah Anto nampak berubah sedikit eskpresinya. Inez tertawa dalam hati. Emang enak dikerjain? Ga enak lagi!

"To, gue mau ngomong soal mailing list nih .. elu ngerti ga?" tanya Inez disela-sela menyeruput soda gembiranya.
"Itu kayak forum gitu Nez, email kita di add disitu, surat yang dikirim kita ke alamat mailinglist, bakal masuk ke semua anggotanya, gitu deh garis besarnya." terang Anto.
"Oh oke .. eh by the way, where's Mira? Gue ga liat dia sejak pagi." tanya Inez. Anto nampak sedikit grogi.
"Ga tau yah, elu kan teman dia Nez, telpon apa sms kek .." saran Anto. Inez tersenyum puas.
"Nanti aja, hp gue ga kebawa nih." elak Inez. Mereka pun makan dalam diam begitu pesanan Anto datang.

Hari sabtu ini, sejak pagi Inez dah ngomong ke Anto kalau dia ga usah diapelin, ada urusan keluarga. Anto pun dengan gembiran menjawab.
"Oke deh sayang .." huah, seneng yah, biyar bisa ngapelin si Mira? Di rumah Inez malah menelepon Mira.
"Hei Mir, sorry menggangu .. lama hp gue nonaktif neh hehehe. Pa kabar?" tanya Inez.
"Hei, kabar baik Nez, thanks for asking yah hehehe." ngekek lu?! Batin Inez.
"Eh Mir, gue mo nanya sedikit hal neh, boleh?" tanya Inez, lagi-lagi Inez menangkap nada grogi di seberang.

"Boleh boleh Nez, apa sih yang ga boleh buat elu?" seloroh Mira.
"Semua boleh dong .. heheh boleh selingkuhan juga dong Mir hihihi." kata-kata Inez yang diselipin becanda itu justru membuat napas Mira memburu.
"Ehh maksut lu?" tanya Mira hati-hati.
"Maksut gue yang mana?" Inez balik bertanya.
"Oh .. just forget it .. mau nanya apa tadi Nez?" tanya Mira lagi. Sumpah, Inez ngakak dalam hati, nada suara Mira .. bergetar!
"Mau nanya soal psikologis nih, memang rada beda dari apa yang kita pelajari, tapi ini permintaan Siska, sepupu gue yang kuliah di psiko, dia pengen tau pendapat 3 orang lagi soal cinta segitiga gitu. Paling tidak dia harus punya sepuluh essay, kurang tiga neh .. ya udah, dia minta ke gue, elu dan Anto." cerocos Inez, ga peduli sama degup jantung Mira yang kian berpacu.
"Loh .. kok diam Mir???? Boleh kan?!" serang Inez lagi.
"Oh boleh boleh .. kapan mau diambil tulisannya? Brapa halaman?" tanya Mira cepat-cepat.
"Senin besok. Satu lembar folio aja Mir, anyway, thanks ya .. gue mo pergi ke rumah sodara neh .. see ya Mir .." Inez buru-buru menutup telepon dan tertawa bebas. Hebat sekali dia, esay soal cinta segitiga? Bwahahaha, Inez ngakak selebar-lebarnya. Sejak kemarin, pintu hatinya telah tertutup bagi Anto, dia akan melepaskan cinta mereka, dan segitiga yang memuakkan ini.

Senin, Inez tiba di kampus tepat jam sepuluh, kuliah baru dimulai pukul sebelas, masih ada satu jam lagi nih, mending ke kantin aja. Di kantin biasanya paling cepat tersebar kabar apa pun, kabar burung, kabar gajah, pokoknya kantin itu ibarat tempat ngerumpi paling joss deh. Inez duduk di tempat favoritnya, memesan satu gelas teh hangat dan mulai membuka-buka kamus Inggrisnya.
"Betul, gue lihat sendiri .. Mira sama Anto .. mesranya kemaren malam mereka berdua nonton. Coba kalau Inez ampe tau .. dia past .." suara itu ga meneruskan omongannya, Inez menatap penuh senyum pada tiga cewek yang tanpa sadar membicarakan 'segitiga' antara dia, Anto dan Mira.

"INEZZZ!?!?!?!" ketiganya serentak histeris. Inez tertawa dan mengajak mereka duduk bersamanya.
"Heiiiiii ... kok jadi histeris gitu sih? Sini, gabung yuk!" ajak Inez ramah. Kiki, Fera dan Masta, tiga cewek biang gosip di kampus mereka. Dulu Inez paling benci mendengar omongan ketiganya, tapi hari ini, hatinya amat sangat gembira.
"Nez, sorry .. kita tadi ga bermaksut .." Masta buka suara, mewakili kedua temannya. Inez tersenyum ramah.
"Udeh .. gue dah tauk kok, thanks aja kalian ikutan tauk hehehe." seru Inez. Ketiganya terkejut, lebih terkejut dari kepergok Inez tadi.
"Dimana kalian ngeliatnya?" tanya Inez lagi sambil meminum teh hangatnya. Kiki, Fera dan Masta saling pandang. Mereka, sedikit dibuat bingung.

"Bukan gue yang liat kok Nez, tapi Fera." ujar Masta. Inez melemparkan pandangan ke Fera. Si genit.
"Uhm, semalam gue kan diajak keluar sama Roni, trus kita milih nonton, pas lagi ngantri karcis, Roni nyikut gue sambil bilang ngeliat Anto sama Mira. Gue jelas kaget, lha wong Anto itu kan pacarnya elu Nez." cerita Fera. Inez tersenyum puas. Kena lagi kalian!
"Well, thanks deh .. oia, minum apa makan, pesen aja, gue yang bayar." ujar Inez sambil melanjutkan membaca kamus. Ck ck ck, kamus aja dibaca, dasar anak sastra. Ketiganya duduk diam saling lirik, minum pesanan. Inez ga memperdulikan mereka, asyik dalam kamus nya.

Pukul sebelas kurang lima Inez pamit pada ketiganya yang anak ekonomi.
"Gue duluan yah, gue bayar sekalian .. ada kuliah sejarah Inggris nih .. see ya guys!" Inez melambai pada mereka menuju ruang kuliah.
Di ruang kuliah, Mira telah duduk menanti dosen, sama seperti teman-teman yang lain.
"Dorr!!" Inez mengagetkan Mira, gadis itu kaget dan tertawa.
"Nez, ini essay yang elu minta itu." Inez menerima essay itu.
"Waduh, bagus banget Mir, sayang gue kemarin malah lupa ngomong ke Anto." Inez menyadari kalau dia justru ga bilang ke Anto soal essay itu.
"Gpp, gue udah bilang duluaannnn .. eh .." Mira keceplosan.
"Ohyah? Bagus dong, thanks yah, elu memang teman yang paling baik deh Mir!" kata Inez cuek sambil duduk disamping temannya. Pura-pura ga melihat paras wajah Mira yang berubah sedikit pucat. Teman terbaik heh?

"Tapi elu harus cerita ke gue dong .. masa anak-anak lain dah pada tau, gue yang temen elu sendiri lum tau?" pancing Inez.
"Ce ce cerita apa Nez?" tanya Mira bingung. Kena lu sekarang Mir. Batin Inez.
"Cowok baru elu .. maren ada yang lihat elu di bioskop ama cowok .. suit suit, siapa sih Mir, gue kok ga tau?!" ujar Inez dengan tampang lugu. Mira berubah pucat, butir-butir keringat membasahi keningnya. Wah, jangan-jangan bentar lagi semaput lu Mir, batin Inez.

"Ah, enggak Nez .. " oh, bukan elu yah Mir?!! Dasar!! Inez tersenyum penuh arti, lebih cenderung ke sinis, tapi cewek itu berusaha tertawa .. sinis.
"Masaaa sih Mir? Anak-anak jelas tadi cerita-cerita di kantin loh, santer lagi. Gue jadi aneh, masa gue yang temen deket lu malah ga tau apa-apa sih? Ayo, jangan sembunyiin apa pun dari gue dong Mir. Gue kan ga pernah sembunyiin apa pun dari elu, termasuk hubungan gue sama Anto." ucapan Inez membuat Mira hampir pingsan. Gadis itu cepat-cepat mengeluarkan buku-buku dari tasnya. Inez menatap dengan pandangan tak berdosa. Dosen yang masuk kemudian menyelamatkan Mira. Dosen yang lumayan killer itu memang ga suka ada mahasiswa/i yang ngobrol di setiap kelasnya.

"Oke .. open your book, page 203 bla bla bla .. read it, 30 minutes again I will make a little test." yeah, Inez langsung terjun ke dalam sejarah bangsa Inggris-nya. Mira pun demikian. Tapi Inez tau, saat ini Mira seperti si pandir yang ketakutan. Rasain deh lu. Tes 30 menit sesudahnya dapat dikerjakan Inez dengan hasil yang memuaskan. Mira menarik napas panjang.
"Kenapa Mir?" tanya Inez.
"Gue ga bisa kerjain satu pun .." gimana bisa Mir, elu terbawa rasa bersalah!
"Kok bisa? Apa gara-gara jatuh cinta ya Mir? Elu sih, yang konsen dong, harus bisa bedakan, mana saat harus serius sama kuliah, mana saat kita bisa asik terbawa lamunan .. tanya gue dong ahahaha." goda Inez tambah puas. Mira menunduk lesu, memasukan buku-bukunya dan segera pamit pada Inez.

"Nez, kayaknya gue ga enak badan nih, gue duluan pulang yah." Inez menatap tak percaya, pulang yah? Takut?
"Ga ikut kuliah berikut?" tanya Inez sok alim.
"Ga usah deh Nez .." jawab Mira.
"Ya udah kalau gitu, gue sms si Anto yah, biar dia anterin elu pulang, kasihan kan, elu pulang sendiri dalam keadaan sakit gini ..." tawar Inez, oh ..
"Eh .. ngg ga usah Nez, gue pulang sendiri aja .. thanks yah." Mira buru-buru keluar ruang kuliah. Inez menatap punggung Mira dengan senyum puas. Biar mampus sekalian lu Mir!

Inez segera meng sms Anto, minta ketemu di kantin. Tak lama Anto pun muncul di depan Inez.
"Hei .. eh To, Mira dah ngomong soal essay ga? Dudutz deh gue, malah lupa ngasih tau elu .. semoga elu ga lupa .. itu penting banget lagi." cecar Inez.
"Iya gue bawa, Mira ngasih tau gue .." ujar Anto sambil mengeluarkan selembar folio essay.
"Thanks yah say .. by the way, kapan Mira ngomong? Dia telpon atau sms?" tanya Inez, memancing.
"Dia ngomong kok .. eh .. telpon .. bukan bukan, dia sms gue kok Nez." Anto kelabakan menjawab pertanyaan Inez.
"Ya sudah deh kalau gitu. Eh dia sakit loh To, kita ke rumah nya yuk?!" ajak Inez. Anto membeliak.
"Ke rumah Mira?!!!" Inez mengangguk mantap.
"Ga deh .. elu sendiri .."
"Duh elu gimana sih To, temenin gue kenapa, gue butuh elu nemenin gue disaat temen dekat gue sakit. Mira itu ibarat jantung gue juga, kita temen dekat To. Please temenin gue yah." bujuk Inez penuh harap, tampangnya dah kayak orang pesakitan juga. Anto akhirnya ngalah.
"Oke, tapi gue ga turun dari mobil yah, elu aja yang masuk, jangan lama-lama." ujar Anto.
"Emang kenapa sih elu? Mira bukan kena aids tau, ga biasanya deh." Inez pura-pura merajuk. Anto menarik napas pasrah. Yess, batin Inez.

Rumah Mira bercat hijau lumut dengan ubin dengan warna senada. Inez langsung memencet bel rumah.
"Hallo tante .. Mira ada? Katanya sakit .." ujar Inez perhatian. Mamanya Mira tersenyum manis.
"Ada tuh di kamar, sakit dia .. tapi pulang kuliah wajahnya pucat Nez, ke kamarnya gih .." tawar mamanya Mira. Inez mengangguk mantap.
"Eh bentar tante .. Inez manggil Anto dulu." seru Inez. Mama nya Mira terkejut.
"Anto? Oh .. tentu saja dia sudah tau yah Nez. Kalian putus baik-baik kan?" tess, jadi ini lah yang terjadi. Inez tersenyum penuh arti.

Mama Mira sudah dianggap Inez seperti mama sendiri. Apa yang dirasakan Inez kadang dicurhatin juga ke mama nya Mira. Otomatis wanita baya yang baik itu tau kalau Inez pacaran sama Anto, bahkan mereka pernah ke rumah Mira di malam minggu kalau bosan ke tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi. Inez diam, ngajak Anto ke dalam, Anto awalnya menolak, tapi akhirnya nurut juga. Mereka berdua menuju ke kamar Mira.

Mira terbaring di kasur, lemes. Mira shock melihat Inez muncul bersama Anto di pintu kamar.
"Hei Mir!! Gue dateng nih, jenguk jenguk heheheh. Ayo To, masuk!" ajak Inez sambil narik tangan Anto. Mira bertambah pucat, Anto seperti orang kehilangan tenaga.
"Aduh Mir, cowok lu dah tau lum? Mana nomernya, gue eponin yah?" tawar Inez. Sumpah, Inez rasanya pengen ngakak saat itu juga. Inilah skenario yang kalian bikin yang tanpa kalian sadari, gue ikut di dalam skenario kalian!

Mama Mira datang membawakan nampan berisi dua gelas sirup dan sepiring kue.
"Aduh tante ... ngerepotin hehehe. Makasihhh." ujar Inez ramah. Anto dan Mira saling pandang.
"Justru tante yang harus bilang makasih ke kamu Nez. Biar pun telah putus sama Anto dan Anto pacaran sama Mira, tapi kamu tetap menjadi teman yang baik bagi mereka ..." ujar mama si Mira terharu. Mira langsung menutup matanya dan Anto terduduk lemas di kursi. Mama Mira keluar dengan senyum bahagia. Inez tersenyum kepada keduanya.

"Oke kalian berdua. End of the story, hehehe. Selamat yah, atas jadiannya Mira dan Anto .. bermain api di belakang Inez. Oh malangnya Inez .. Hm, gosip itu paling besok-besok beredar juga di kampus. Well, gue sudah tau semua ini, jauh sebelum orang-orang tau, gue diam aja, gue pengen tau, sampai dimana kalian berdua sanggup bersandiwara." Mira mulai menangis. Anto terdiam, ga tau harus bilang apa.
"Nez... huhuhu gue minta maaf Nez .. gue .." Mira memohon. Inez tersenyum.
"Untuk apa maaf? Untuk kesalahan yang seharusnya elu sadar itu ga boleh? Juga buat my beloved Anto .. dear .. you lie to me ..!!" seru Inez. Anto semakin dalam menunduk, seperti tertuduh di tengah ruang pengadilan.
"Nez .. gue khilaf .." ujar Anto.
"Plis deh To, khilaf????!! Kasihan Mira kalau ternyata elu khilaf, kasihan diri elu sendiri juga .. ck ck ck .." Mira sesenggukan, malu.

"Kalian berdusta sama gue. Teganya, padahal Mira adalah sahabat setia gue dan Anto adalah pacar gue. Teganya kalian mengarang cerita ke tante kalau gue dan Anto dah putus! Tante yang bagitu baik dan percaya sama dusta kalian!! Teganya kalian berbohong dengan wajah bayi tanpa dosa di depan gue!" maki Inez. Dia ga marah .. dia hanya .. meneruskan skenario Anto dan Mira.
"Skenario kalian bagus .. sayang akhirnya ga bagus seperti ini yah? Gue, ga sakit hati, untuk apa? Sejak awal gue lihat kalian berdua di mall, mesra, cinta gue sudah gue tarik dari Anto .." ujar Inez lagi.
"Nez .. plis hentikan .. gue mohon .. maafkan gue .. Nez .." Mira memohon dalam tangis. Inez ga peduli.

"Nez .." Anto mencoba buka suara.
"Sudah lah To, mau dibilang apa? Nasi sudah menjadi bubur kan? Berbahagialah kalian diatas kebohongan .. hmm gue pulang duluan yah To, kekasih baru Mira, sahabat gue sendiri." Inez melenggang santai membuka pintu kamar Mira. Dia agak kaget melihat mama Mira berdiri dengan air mata berlinang menatapnya, mengharu biru. Dengarkan beliau semua yang dikatakan Inez tadi?
"Inez .." Inez menatap perempuan baik hati itu, memeluknya hangat.
"Jangan sampai kamu ga datang ke sini lagi gara-gara ini yah sayang, kamu anak baik .. tante suka berbagi denganmu .. maafkan Mira .. maafkan Anto." oh my God!! Inez tersenyum.
"Ga pa pa kok tante, iya saya janji pasti datang ke sini lagi." ujar Inez segera berlalu dari situ. Keluar dari rumah Mira .. menarik napas panjang, menghirup udara siang yang panas .. LEGA!!

Hari ini, segitiga ini berakhir sudah. Dia ga sakit hati, untuk apa? Untuk cowok seperti Anto? Cuihhh ga rela rasanya sakit hati gara-gara Anto. Inez tersenyum bangga pada dirinya sendiri. G'bye seti tiga .. Inez pulang ke rumah dengan perasaan PLONG bukan main. Terserah apa yang akan terjadi pada Mira dan Anto.

Keesokan harinya tersiar kabar bahwa Mira terpaksa putus kuliah, karena mamanya ga sanggup membiayai lagi. Anto pun berniat pindah kuliah. Oh, ga sanggup menahan malu? What ever lah, batin Inez. Yang penting dirinya merasa lega banget. Dunia belum berakhir kan?

tuteh, 8 April 2004

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page