domenica, dicembre 18, 2005

Home Alone

"Jangan lupa besok datang ke rumah ya, Ju. Aku tunggu lho. Bye bye." Siska meletakkan gagang telepon kembali pada tempatnya. Cewek berkulit putih dengan rambut sebahu ini baru saja ditelepon Juju, teman sekelasnya di SMU Negeri 1 Ende. Mereka sama-sama tergolong murid pintar dengan kemampuan berpikir seperti kerja pentium 4 pada perangkat komputer.

"Siskaris Damian.." panggil mama. Siska menoleh ke arah pintu kamar mama. Hanya mama yang sering memanggilnya begitu, nama lengkap!
"Igh mama cantik banget..." puji Siska. Mama memakai gaun biru tua dengan payet berwarna senada di bagian kerah.
"Mama dan papa ke gereja dulu ya. Kamu hati-hati di rumah." ujar mama. Malam ini giliran mama dan papa ke gereja, mengikuti misa kebaktian Natal. Sedangkan Siska memilih besok pagi saja. Tak lama papa pun muncul di belakang mama.. orang tua Siska pun berangkat ke gereja Kathedral.. gereja termegah di kota kecil Ende.

Setelah menutup pintu, Siska menyeduh secangkir teh panas dan mengambil stoples kue keju yang dibikin mama beberapa hari yang lalu. Ah, senangnya.. besok hari Natal dan malam ini Siska asik menikmati kue yang rasanya enak banget. Bengong sendiri di depan televisi menonton sajian acara tivi yang begitu-begitu saja, Siska pun beranjak ke kamar dan membongkar koleksi dvd-nya.

"Titanic.. duh bosan! Twister keren sih tapi aku sudah menontonnya berkali-kali.. Hmm yang ini.. Duplex, War Of The World, Princess Diary, Lavender.. hah Meteor Garden? Gini hari masih juga aku simpan film-film ini." omel Siska saat membongkar film koleksinya. Kemudian mata Siska menumbuk cover dvd yang bertulis HOME ALONE 3.

"Aha, ini aja. Meskipun film lama, tapi masih bagusan ini daripada The Greench itu. Nonton ini aja ah, kan lucu.. lumayan ngehibur sambil nungguin mama dan papa pulang dari gereja." ujar Siska. Ia pun kembali ke ruang tivi dan menghidupkan pemutar dvd dan memencet tombol AV pada remote kontrol.

Beberapa menit kemudian Siska pun terpingkal-pingkal menonton set demi set filim Home Alone 3. Tak terasa, kue keju telah separuh stoples amblas ke perutnya. Teh pun telah ludes dari cangkirnya. Tak sampai 3 jam, filim pun berakhir dengan ditangkapnya para penjahat. Siska mengelap air mata yang keluar gara-gara kebanyakan ketawa. Ia pun melirik jam di dinding.. sudah hampir 3 jam papa dan mama ke gereja, tapi belum pulang juga.

"Mungkin papa dan mama masih ngobrol dengan Romo Frans atau Pater Dami." begitu kata Siska. Tak lama cewek manis ini pun tertidur di sofa dengan dimana televisi masih menyala.. terdengar kidung Natal yang indah dari salah satu stasiun televisi swasta.

Keesokan paginya Siska terbangun.. melihat jam dinding berbentuk Tweety di depannya, Siska tahu ia berada di kamar. Keningnya berkerut. Siapa yang menggendong dan memindahkannya ke kamar? Bukannya semalam ia tertidur di sofa ruang televisi? Siska menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia ingat sesuatu.. hari ini HARI NATAL!! Kembali Siska melirik si Tweety di dinding.. sudah jam 12 siang??

"Ya ampun.. mampus! Aku gak ikut misa Natal!" keluh Siska kecewa dan gusar. Ia bergegas mandi dan keluar kamar. Suasana rumah nampak sepi, tak seperti biasanya bila hari Natal tiba. Siska memanggil mama dan papa, namun tak ada yang menyahut.

"Maa, paa.." digedornya pintu kamar papa dan mama. Namun tetap saja tak ada seorang pun yang menyahuti panggilannya. Siska beranjak ke dapur, hendak minum air. Saat hendak membuka pintu kulkas, Siska mendapati satu kertas kuning post-it yang ditempel disitu. Segera Siska melepaskannya dan membaca...

'SISKARIS DAMIAN.. TADI PAGI PAPA DAN MAMA DITELEPON TANTE YUNI.. SUAMI TANTE YUNI MENINGGAL DUNIA SAYANG. PAPA DAN MAMA BERANGKAT KE BALI PAGI INI DENGAN NUSANTARA AIR.. BAIK BAIK YA DI RUMAH. Peluk Cium, mama.'

"APA!!!!??? Aku ditinggal sendiri? Aduh, bijimana dong nih? Aku harus gimana dong?" keluh Siska bingung. Ia tak pernah merayakan Natal sendirian di rumah. Papa dan mama selalu ada.. selalu bersama orangtuanya. Sebagai anak tunggal, Siska memang manja.

Dengan gugup Siska mencari nomor telepon rumah tante Yuni di notel kecil dekat pesawat telepon.. 0274.. lalu ia memencet sederetan angka nomor telepon. Tapi sayang, teleponnya sedang dipakai, yang terdengar hanya nada pendek berulang-ulang. Kesal, Siska membanting gagang telepon. Ia marah, kesal, bingung, benci.. ini Natal dan papa juga mama meninggalkannya seorang diri di rumah. Tak terasa air matanya mengalir...

"Pa, ma.. mungkin selama ini aku belum bisa mengikuti semua kehendak papa dan mama. Aku masih suka main ke rumah Juju saat pulang sekolah. Aku masih suka mengejek orang gila yang sering lewat di depan rumah.. aku memang jahat! Aku memang manja! Tapi plis pa, ma.. jangan tinggalin aku sendiri di rumah.. ini kan Natal.. aku harus kemana? Kakek dan nenek udah gak ada.. keluarga papa semuanya di Maumere.. adik mama satu-satunya di Jogja.. Aku gak mau sendirian.. Tuhan.. jangan marahin Siska dong..." Siska terus menangis di depan pesawat telepon.. Setiap kali ia me-redial nomor telepon tante Yuni, nada yang sama masih terdengar.. nada sibuk!

"PAPA!!! MAMA!!! JANGAN TINGGALIN AKU SENDIRI DONG!! AKU IKUT KE JOGJA!!!!!!!!!!!" jerit Siska, melepaskan semua sesak di dada. Ia merasa sebagai orang yang paling sendiri di dunia.. ia terisak-isak.

"Siska?? Siska?? Kamu kenapa sayang?"

Siska merasa punggungnya diguncang seseorang..

"Kamu gak pa pa kan, sayang?" .. Perlahan Siska membuka matanya yang terkatup dan basah.. TERNYATA SISKA HANYA BERMIMPI.

"Hah? Papa! Mama!" Siska merangkul papa dan mamanya. Ia menghela napas pangjang dan lega. Papa dan mama memandangnya heran. Penasaran..

"Kok nangis?" tanya papa.

"Tadi aku nonton filim home alone terus ketiduran.. terus mimpi.. mimpinya papa dan mama ninggalin Siska di hari Natal.. mimpinya ngeri lagi.. suami tante Yuni meninggal jadi papa dan mama harus ke Jogja.." ujar Siska sambil menyeka air mata. Dalam hati ia bersyukur, ini hanya mimpi. Mendengar penuturan Siska, papa dan mama tertawa kecil.

"Siska, kalau mimpinya orang meninggal sih artinya justru bagus." kata mama.

"Iya, tapi aku takut kan ma ditinggal sendiri. Di hari Natal, lagi!" balas Siska.

"Kan kamu gak sendiri, Sis.." kata papa sambil menatap Siska penuh sayang.

"Maksud papa.. di rumah kita ada penunggunya gitu? Hiiii ngeriii kayak di filim filim dong?" Siska bergidik ngeri. Membayangkan ia sendirian dari tadi, menonton film.

"Hmm kok larinya ke setan sih, Sis? Maksud papa, jangan pernah kamu merasa sendiri, karena Tuhan Yesus akan selalu menjaga kita.. keberadaannya lebih dekat dari urat nadi di leher kita, lho." ujar papa bijak. Siska terdiam, mencerna kalimat papa barusan.

Ya, memang benar. Siska sadari, ketakutannya sama sekali tidak beralasan. Mimpinya hanyalah bunga tidur.. yang kalau kata orang syaraf terbawa emosi saat kita menonton atau melakukan sesuatu sebelum tidur. Siska tersenyum dan kembali memeluk papa dan mama. Dalam hati ia berkata, "Yesus, kan kusebut namamu di setiap do'a.. kan kuingat namamu disetiap helaan nafas.. engkau sahabatku.. engkau penghiburku.. engkau pelindungku.. engkau lah penolongku.. Selamat Natal Yesus.."

Siska melepaskan pelukannya dari papa dan mama dan berkata, "SELAMAT NATAL PA, SELAMAT NATAL, MA. Semoga tauladan Yesus akan selalu menjadi lilin penerang dalam perjalanan hidup kita.. jangan lupa, besok pagi bangunkan aku.. aku harus ke gereja.." ujar Siska.. diciumnya pipi papa dan mama sekilas dan masuk ke kamar.

16 Desember 2005

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page