giovedì, aprile 14, 2005

Friends

Blak..
Bungkusan rokok dengan merek internasional terlempar ke meja. Susi menatap Juju. Juju membalas tatapan Susi.. Hei, what's wrong!?

"Stop it!"

Kali ini Susi mencekal pergelangan tangan Juju dan merampas paksa sebatang rokok yang sudah menyala. Juju memberontak. Namun Susi tak peduli, mematikan rokok dan menarik sahabatnya ini untuk duduk.

"Come on girl, it's just for fun!" kata Juju.

"Just for fun!? Gue tau elu sedang kacau. Tapi jangan begini dong say. Ngerokok hanya akan menambah beban elu!" balas Susi. Juju menggeleng.

"No. I love smoke.. it's make me feel better... Susi honey,.."

"Lu gak boleh terus-terusan begini Ju. Mana Juju yang gue kenal dulu? Cewek mapala yang bikin semua pejantan gemeteran lututnya!?" kalimat Susi menikam ulu hati Juju. Benar, sekarang ini, dirinya ibarat helai daun yang pasrah tertiup angin. Berkumpul bersama onggokan sampah yang siap dibakar pun, ia rela. Susi membelai rambut Juju lembut. Dia tau, Juju terluka.. dalam.

"Ini lebih menyakitkan dari patah tulang saat gue ditabrak fuso.. gue gak sanggup Sus." wajah Juju mendung seketika. Butiran bening mengalir di kedua pipinya yang tak ber-make up.

"Semua orang pernah terluka Ju. No body's perfect!"

"Gue tau itu.. seandainya elu yang berada di posisi gue saat ini, elu pasti akan melakukan hal yang sama.."

"Maybe. Tapi gue tau, elu pun pasti akan datang dan melakukan hal yang sama, seperti yang gue lakukan sekarang." balas Susi cepat. Bahu Juju berguncang. Perih akibat luka batin yang ditorehkan Arman sangat menyayat... semakin dipikir, semakin basah luka itu karena darah yang terus mengalir. Susi meraih Juju kedalam pelukannya. Sahabatnya ini, sungguh beruntung... tapi juga sungguh sial.

Setelah mereka diwisuda, Juju langsung diterima bekerja pada sebuah bank pemerintah sedangkan Susi harus luntang lantung cari kerjaan. Toh akhirnya Susi harus puas dengan pekerjaannya sebagai guru playgroup. Sungguh diluar rencananya.. diluar garis pendidikan yang diperolehnya di perguruan tinggi. Sarjana Ekonomi Management, hanya bisa menjadi seorang guru playgroup.

Saat Juju tunangan sama Anwar, seorang pengusaha top yang adalah nasabah terpilih pada bank mereka, Susi dan Tio (mantan pacar Juju saat kuliah), datang bersama-sama. Memberi dukungan dan do'a. Pada saat yang sama, Susi tengah dijodohkan orangtuanya dengan Rafki, kerabatnya, seorang koki ternama sekaligus pemilik sebuah restoran terkenal.

Life goes on as it is.
Susi menikah. Yang diketahuinya, Rafki pria yang baik dan bertanggung jawab. Setelah Susi melahirkan Qaqaq, putra pertamanya bersama Rafki, Juju pun menyusulinya menikah sama Anwar. Semuanya lancar-lancar saja. Mereka tetap saling berhubungan. Sekedar tanya kabar via sms. Menjemput Susi di playgroup dan mengajaknya ke salon. Lunch berdua sambil mengenang masa sekolah. Makan malam bareng suami mereka. Menemani Susi mengantar Qaqaq ke dokter kalau Rafki sedang sibuk... Terkadang Susi dan Qaqaq diijinkan Rafki menemani Juju bila Arman harus ke luar negeri.

Arman yang selalu bepergian. Tak pernah sekali pun mengajak Juju dengan alasan-alasan yang kurang masuk akal. Namun Juju tak pernah ambil pusing. Kesibukan dia sebagai wanita karier pada bank pemerintahan membuatnya cukup pandai mengendalikan perasaan. Namun, pada usia satu tahun Qaqaq, Juju menelpon Susi...

"Arman pengkhianat Sus.. gue harus cerai dari dia.."

Dan disini lah mereka sekarang. Ruang keluarga rumah Juju.

"Ju, Allah itu baik. Dia mau menunjukkan ke elu kalau Arman itu gak baik. Sekarang.. bukan nanti. Karena kalau ditunjukkan nanti, saat kalian udah punya anak, elu akan tambah hancur Ju... bersyukurlah karena semua ini udah berakhir. Alasan-alasan Arman yang kurang tepat setiap kali hendak bepergian akhirnya gak elu dengar lagi.."

"...."

"Ju... sekarang ini bukan saatnya berkata 'kenapa ini harus terjadi?' .. namun saatnya elu berkata 'semua ini sudah berakhir, akhirnya' .. elu harus bisa bangkit Ju. Toh elu bukan ibu rumah tangga yang bergantung sepenuhnya pada Arman. Elu itu wanita karier yang tangguh! Elu denger gue kan say?? Meskipun hampir setiap hari gue bilang begini.. gue pengen elu BENER-BENER dengerin gue... lu denger kan???"

Nothing to loose
Your love...
[mltr, nothing to loose]

Juju menarik tubuhnya dari pelukan Susi. Dipandanginya wajah Susi dalam-dalam. Sahabat... selalu ada saat engkau berada dalam susah dan senang... Juju mengangguk pasti. Diambilnya tissue dari dalam tas Susi dan membersihkan wajahnya.

"Nah, gitu dong... Ini baru namanya Juju sahabat gue. Senyum pliss.. hehehe. Jadi inget tukang foto pas kita diwisuda hahahaha."

Mereka tergelak berdua. Juju menarik napas panjang.

"Sus, thanks ya? Dua bulan terakhir setelah gue tau Arman selingkuh, rokok selalu jadi teman gue di kala menanti panggilan sidang dari pengadilan agama... Seminggu ini setelah kita resmi bercerai, gue semakin terpuruk Sus. Namun elu... dengan semua kalimat bijak itu, selalu datang nemanin gue... ternyata, rokok bukan sahabat sejati yah? Hihihihi..." Juju cekikikan.

Melihat Juju cekikikan sendiri, Susi teringat akan cowok-cowok di masa kuliah mereka. Cowok-cowok yang sering dikerjai Juju. Kecuali Tio. Ouw, muncul satu ide menarik di benak Susi. Namun ide itu akan disimpannya hingga Juju benar-benar pulih dari kejatuhan ini.

"Sus, mas Rafki pa kabar? Tu pria baik... selamat ya."

"Kabar mas Rafki dan Qaqaq baik-baik aja. Nanti kalau sudah dua tahun usianya, Qaqaq akan gue masukin ke playgroup. Abissss... pinter banget dia! Hmmm by the way.. elu ngasih selamat .. untuk apa?" Susi balas bertanya.

"Ya... buat pernikahan elu yang menurut gue sukses.. aman.. gue jadi iri heheh." goda Juju sambil mengedipkan mata. Susi tertawa renyah.

"Hahaha.. oh.. kirain selamat karena Qaqaq udah mau punya adeq hahaha."

"Ha? Bener lu? Gue aja gagal.. elu malah dah mau dua?! SELAMAT!!!!"

Keduanya berpelukan lagi.

As we go on, we remember
All the time we had together
[Vit C, Graduation]


tuteh--

0 Commenti:

Posta un commento

Iscriviti a Commenti sul post [Atom]

<< Home page